Ketika memutuskan berumahtangga, Wed-Hunters tak bisa lagi mengambil keputusan secara sepihak, terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan peran Wed-Hunters sebagai suami dan istri. Salah satunya adalah keputusan Wed-Hunters selaku istri untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya (stay-at-home mom) atau tetap menjadi wanita karier (working mom). Dalam situasi seperti ini, dukungan Wed-Hunters sebagai suami sangat dibutuhkan. Maka sebelum pasangan mengambil keputusan akhir, ketahui dulu pro dan kontra saat istri menjadi wanita karier dan stay at home mom.
Pro dan Kontra menjadi Wanita Karier
Ada beberapa alasan yang membuat seorang wanita tetap memperhatikan pekerjaannya setelah menikah. Misalnya, ingin mandiri dari segi finansial, membantu menambah pemasukan, atau suami mereka sedang mencari pekerjaan baru. Selain itu, para wanita karier yang sudah menikah merasa mudah mengatur keuangan karena mengetahui alur arus kas dari masing-masing pihak. Seperti yang Wed-Hunters tahu, perekonomian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keutuhan rumah tangga. Jadi, apabila Wed-Hunters merasa kondisi finansial lebih stabil saat kedua belah pihak bekerja, tak ada salahnya untuk mengizinkan istri tetap bekerja.
Kemudian, para ibu yang meneruskan pekerjaan setelah memiliki anak pun akan terhindar dari kejenuhan. Pasalnya, mereka tak akan terlalu lama menghabiskan waktu di rumah dengan kegiatan yang sama dalam jangka waktu lama. Di sisi lain, porsi bermain dengan anak bagi wanita karier lebih sedikit mengingat mereka harus bekerja di luar rumah. Wed-Hunters memang bisa mengakalinya dengan mempekerjakan baby sitter, tetapi kadang hal tersebut membuat si Kecil lebih akrab dengan pengasuhnya. Selain itu, Wed-Hunters harus menyediakan bujet untuk menyewa jasa mereka.
Ketika pekerjaan di kantor sedang padat, Wed-Hunters yang berprofesi sebagai wanita karier acap kali harus merelakan kegiatan bersama keluarga. Bukan hanya lelah, Wed-Hunters juga melewatkan berbagai momen penting bersama si Kecil, terutama di masa tumbuh kembangnya.
Pro dan Kontra menjadi Stay-at-Home Mom
Sebagian wanita memutuskan menjadi stay at home mom atau ibu rumah tangga purnawaktu sejak sebelum menikah. Namun, ada juga yang mengambil keputusan tersebut setelah melahirkan anak pertama. Salah satu alasan umum yang mendasarinya adalah ingin mendedikaskan waktu secara optimal kepada keluarga, terutama untuk membesarkan sang buah hati.
Dengan menjadi stay at home mom, anak akan mendapatkan limpahan kasih sayang yang lebih banyak dari Wed-Hunters, terutama kalau suami memiliki pekerjaan yang cukup menyita waktu. Lalu, Wed-Hunters bisa membangun ikatan batin lebih kuat dengan anak sejak dini. Namun, Wed-Hunters juga harus mempertimbangkan manajemen waktu apabila berniat mengabdikan diri sebagai stay at home mom. Pasalnya, sebagian besar tugas domestik bakal ditanggung sendirian kalau dalam waktu terdekat tak akan menyewa asisten rumah tangga.
Selain itu, stay at home mom kurang direkomendasikan untuk istri yang senang bergaul atau mempunyai lingkar pertemanan yang cukup luas. Sebagian besar ibu rumah tangga akan memprioritaskan waktu mereka untuk keluarga, sehingga tak jarang harus merelakan kegiatannya untuk bersenang-senang. Terakhir, kebanyakan stay at home mom hanya mengandalkan sumber penghasilan dari gaji suami. Hal tersebut dapat menjadi masalah kalau pasangan dipecat atau meninggal dunia, kecuali mereka mampu menjalankan bisnis rumahan tanpa mengganggu pekerjaan utama.
Dari perbandingan ini, mudah-mudahan Wed-Hunters bisa mendiskusikan masing-masing peran lebih bijak untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Perlu diingatkan kembali bahwa pasalnya, baik working mom ataupun stay-at-home mom sama-sama mulia dan banyak pengorbanan di dalamnya. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Tidak mudah menjadi seorang ibu, semangat Wed-Hunters!